Sebut saja namanya Yuni.Dia seorang eksekutif muda di
sebuah perusahaan di bilangan Thamrin,Jakarta.Setiap hari ia berangkat dan
pulang kantor naik kereta.Kendaraan yang baru digunakan 3 tahun
terakhir.Sebelumnya ia menggunakan mobil pribadi untuk menuju ke kantornya dari
rumahnya di daerah Depok.Namun belakangan ia mulai berfikir.Tarif yang lebih
murah serta penolong di saat jalan menuju kantor bagaikan pameran kendaraan
pribadi membuatnya beralih ke kendaraan dengan julukan ‘kaleng setrum’ ini.
Setiap pagi ia sudah bersiap di peron ujung stasiun Depok
menunggu KRL tujuan stasiun Jatinegara dengan penampilanya yang menarik dan
wangi pafum melatinya.Tak lupa di tangan kanan selalu ada blackberry lengkap
dengan headset yang terpasang di telinganya.Sementara di tangan kirinya ia
menggenggam kertas berwarna merah dengan tulisan Commuter Line.
Seperti biasa.Ketika kereta datang saat jam berangkat
kerja kondisinya penuh.Kecil kemungkinan bagi Yuni untuk dapet tempat duduk
dengan kondisi kereta penuh.Tak lama kereta yang ditunggu Yuni pun datang dan
berhenti.Kali ini ia beruntung.Ia dapet kereta balik dari arah Jakarta.Sehingga
kondisinya tidak sepenuh yang dari Bogor.Yuni masuk dan berdiri santai di ujung
rangkaian.Tepat di ujung rangkaian itu,ada bangku yang dikhususkan uuntuk orang
– orang dengan kebutuhan khusus.Yuni tidak ingin memaksakan duduk disitu karna
ia mengerti.banyak orang yang lebih membuutuhkan bangku itu dibanding dirinya.
Tak lama di bangku khusus itu diduduki oleh seorang pria
dengan pakaian kemeja,celana bahan dan sepatu.Sama dengan Yuni.Telinganya dipasang
headset dari Blackberrynya.Disampingnya duduk sepasang kakek nenek.”Yah ni
cowok.Ga ngerti apa yak ni bangku prioritas ?” Gumamnya dalam hati.
Perlahan kereta yang berhenti di setiap stasiun itu mulai
jalan.Kondisi kereta mulai disesaki penumpangnya.Terlihat di sekitar bangku itu
mulai didesaki wanita yang sebaya dengan Yuni yang matanya jelalatan berharap
dapet tempat duduk.Di antara gerombolan wanita itu terlihat seorang wanita tua.
Nafasnya terengah – engah dan mukanya pucat pasi.Sedangkan tanganya gemetar.Sepertinya
ia kelelahan.Ibu itu kemudian mendekat ke bangku tadi.Pria itu semula tidak
peduli dengan keadaan disekelilingnya.Ia hanya memandang wanita tua itu
sejenak,kemudian kambali asyik dengan blackberrynya.”Gila nih orang.Egois
banget ! Udah tau ada orang tua.Ga mau peduli juga !” guumam Yuni dalam hati.
Tiba – tiba wanita tua tadi menepuk pundak pria itu dan
berkata,”Rendy ya ?”.”Lah.ada nenek Rohana.” Balas pria tadi seraya melepas
headsetnya dan memasukan ke dalam tasnya.Kemudian terjadilah percakapan kira –
kira seperti ini :
“Apa kabar ? Lama gak jumpa ya kita.”
“Alhamdulillah baik nek.Nenek sendiri gimana kabarnya ?”
“Alhamdulillah baik.Oya,gimana keadaan kamu setelah
kecelakaan waktu itu ? maaf nenek gak bisa nengokin.Waktu itu nenek lagi gak
kuat jalan.”
“Gapapa nek.Yang penting doanya aja.”
“Memangnya kenapa bisa kecelakaan ?”
“Iya jadi waktu itu aku mau ke pasar naik motor.Tiba –
tiba ada anak sekolaan naik motor juga.Trus dia nyalip di tikungan.Lah aku kan
kaget.Tapi ga sempet banting stir.yaudah.Adu kambing deh.”
“Innalillahi.Trus kaki kamu gimana ? Katanya diamputasi ?”
“Iya.Ni sekarang pake kaki palsu.Alhamdulillah udah bisa
jalan.Tapi gakuat bediri lama.makanya aku duduk.”
Tanpa mereka sadari
Yuni mendengar percakapan mereka diam – diam.Sejenak ia merasa bersalah
karna sudah menilai pria itu sekilas dari penampilanya yang terlihat sehat.Tapi
sebenarnya rapuh.Tak lama stasiun yang dituju Yuni hampir sampai.Kemudian ia
dengan sigap beringsut menuju pintu untuk turun dari kereta.
1 komentar:
OH