Buscar

Rabu, 30 April 2014

Tugas : ETIKA KELUARGA





Pertama ngetiknya sih bingung. Ini mau dibawa ke arah mana artikel ini (kayak lagunya armada :v). Eh. Tapi jujur. Sebenernya penulis juga bingung waktu ngetiknya. Tujuanya tulisan ini mau bagaimana. Hahahaha.
Jadi begini ceritanya. Penulis suruh nyari kasus yang berhubungan mengenai etika di keluarga. Tapi dibuatnya dalam bentuk apa? Ini yang penulis bingung. Apakah dalam bentuk dongeng, curhat, atau apaan. Hahaha. Yaudahlah. Dibaca aja ampe selesai. Biarkan mengalir apa adanya. Haha.
Oke. Kita mulai ceritanya……
 Dalam sebuah keluarga berbeda pendapat itu biasa ngga sih? Karna didalam keluarga penulis itu ngga boleh ada yang berbeda pendapat. Orang tua harus diturutin keinginanya dalam kondisi apapun. Ga boleh dibantah. Sedangkan penulis ini termasuk orang yang suka sekali berbeda. Ngga ngerti juga ini kenapa. Tapi yang jelas selalu ada saja perbedaan pendapat. Tentunya ini sangat tidak disukai olrh keluarga. Apalagi yang berbeda pendapat hanya penulis.
Seperti pada saat mau sowan musim liburan. Setiap orang dalam keluarga pasti punya keinginan yang berbeda. Misalkan di keluarga penulis. Orang tua sibuk nyari perusahaan tempat penyewaan mobil. Karna asumsinya kalo mau jalan jalan tidak ada cara lain selain menggunakan mobil pribadi. Bebeda dengan penulis. Penulis ini termasuk orang yang simple. Nggak ribet. Tinggal naik kereta, bus, nebeng, banyak macemnya lah. Ngga perlu susah susah musti nyari mobil.
Tentunya hal ini sangat tidak disukai oleh keluarga. Alasanya ngga kompak. Lah? Bagaimana ya?
Kesimpulanya, seharusnya hal seperti itu tidak perlu terjadi kalo dibicarakan terlebih dahulu, dan seharusnya tidak ada perasaan egois.

Tugas : ETIKA POLITIK





Halo halo penganut blog saya. Hahahaha. Lama juga nih ngga meraba raba blog ini. Masih idup ternyata. Maap ya blog *ngelus ngelus blog :v. Maklum. Yang punya blog baru nemu wangsit di lingkungan yang ngga umum *halah. Apa si :3.

Oiya. Kali ini yang penulis mau bahas mengenai alam lain. *PIIIIIP !!! Hahaha. Tenang aja. Jangan pucet begitu mukanya. Slow aja. Siapin sajen dulu sebelum baca *nyodorin kopi item + gorengan :v.

Maksudnya tuh gini. Tema kali ini sesuai ama judulnya. Etika politik. Yaitu etika yang berhubungan dengan dunia politik. Kenapa dibilang alam lain? Ya karna memang dunia politik belum pernah penulis pahamin. Hahahaha. Bahkan di pemilu tanggal 9 April pun bisa dibilang penulis termasuk pemilih pemula.

Nah, sebelum pemilu kemarin kan caleg pada promo tuh biar pada dipilih waktu kampanye. Sayangnya menurut Panwaslu di masa kampanye itu ada sekitar 500 kasus pelanggaran saat kampanye. Banyak sih jenis jenis pelanggaranya. Tapi kali ini penulis hanya mau membahas mengenai pelanggaran yang berhubungan dengan fasilitas dan inrastruktur publik aja ya. Maap ya ngga bahas yg lain dolo. Kan pembaca tau sendiri. Penulis emang pahamnya ama yg bijituan. Bahkan udah jauh cinta. Apa lagi angkutan umum. Udah kayak belahan jiwa. Bhahahahaha.

Waktu kampanye kemaren emang sih penulis lihat pelanggaran yang membuat penulis gondok abis. Tapi rada rada ngenes juga. Seperti konvoi di tengah jalan. Kalo misalkan jalanan jadi macet karna masanya kebanyakan ya bolehlah. Penulis masih bisa terima. Tapi ini apaan? Macet karna jalanya diblokir? Hello !! Emang ini jalanan punya babeh lo?!! Etikanya dimana?? Mending dibantu sama polisi. Ini jangankan ada polisi. Yang blokir jalan malah ormas yang belaga kayak polisi. Mana kendaraanya dipasang sirine sama lampu strobo lagi. Akhirnya mau ngga mau penulis harus nunggu sampe itu rombongan ilang.

Udah gitu yang bawa kendaraan pada ngga safety. Alias fitur keselamatan berkendaranya ngga lengkap. Seperti ga pake helm dan spion yang lengkap, boncengan ber 3, naik mobil pintunya ngga ditutup, dll. Haduh.. Ampun dah. Padahal fitur fitur seperti yang penulis sebut itu sangat berguna pada saat terjadi kecelakaan.

Kesimpulanya, menurut penulis yang namanya kampanye itu ngga dilarang. Bebas kok. Itu bagus untuk sosialisasi sambil kenalan sama masyarakat. Jadi masyarakat tuh kenal calonya. Tapi bukan berarti dengan alasan kampanye bisa seenaknya merampas hak orang lain sama membahayakan diri sendiri kan. Semua itu ada aturanya. Polisi pun membenarkan hal itu. Seperti yang terjadi di daerah Jakarta timur. Puluhan pengendara motor ditilang dengan alasan melanggar lalu lintas sama mengganggu ketertiban umum.

Kamis, 03 April 2014

Etika Secara Umum



Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Jenis etika
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:
A. Non-empiris. Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
B. Praktis. Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.
2. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. 

Sumber :

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Safety Is The First | Copyright © 2011 Diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger