Sebut saja namanya Yuni.Seorang teman penulis yang berprofesi sebagai office boy di sebuah perusahaan di kawasan Fatmawati,Jakarta Selatan.Sehari – hari ia beraktivitas menggunakan sepedah motor sekitar 30 km PP.Padahal 3-4 tahun yang lalu ia adalah orang yang cukup setia menggunakan angkutan umum dalam beraktivitas.
Seiring berjalanya waktu,ia mulai beralih menggunakan sepedah motor.Ketika penulis bertanya alasanya adalah agar tidak terlambat masuk kantor.”Segan sama bos kalau tiap hari terlambat.kalau dipecat saya mau makan apa ? lagian nyari kerja sekarang susah. Akhirnya saya memilih kredit motor”.
Alasan yang simple namun bisa di terima.Mengingat ia adalah seorang office boy yang harus datang lebih awal dari karyawan atau atasanya.Entah itu membukakan pintu,bikin kopi,dll.Sedangkan gaji yang diterimanya hanya UMR Jakarta.Yaitu 1,2 juta.Yuni menyisihkan uang 500 ribu per bulan dari gaji yang diterimanya.Cukup besar.Sedangkan dia harus menghidupi dirinya dan membayar uang sewa tempat kost sekitar 400 ribu per bulan.
“Motor memang sangat membantu saya dalam beraktivitas.Tapi cicilanya juga bikin puyeng.Yah untugnya sedikit terbantu dari uang tip yang diberikan atasan saya ketika memberi makan untuk mereka”.Katanya hang hanya tamatan SMK.
Kisah Yuni dan Yuni yang lain adalah gambaran tentang bagaimana sebuah motor menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.Bahkan sebagian orang menganggap motor sebagai bagian dari kebutuhan primer selain sandang,pangan,papan.Pertumbuhan motor di Jakarta sangat pesat.Dalam sehari saja 1 jenis varian motor keluar dari pabrik sebanyak 5000 unit.Memang.Di saat transportasi masal hanya dipandang sebelah mata oleh pemerintah,motor yang praktis menjadi Dewi Fortuna meski harus hidup pas – pasan untuk membayar cicilan motor seperti kisah Yuni di atas.
Perlu di perhatikan dampak dari ledakan pertumbuhan motor.Terutama dari segi keselamatan.Mulai dari jalanan yang semakin bertambah sesak sampai tingginya angka kecelakaan.Mengingat perilaku pengendara motor yang terkenal liar.Tidak sedikit cerita korban kecelakaan terutama dari kalangan menengah ke bawah ngap – ngapan buat bayar biaya pengobatan.
Kemana tanggung jawab Pemerintah dalam menyediakan transportasi publik ??? jangan sampe rakyat jadi korban terus menerus. Pemerintah wajib memberi perlindungan & layanan terbaik buat warganya.
0 komentar: